Selasa, 04 September 2012

Motif di Balik Sebuah Keputusan #bridgingcourse1





Tindakan manusia selalu didasari oleh sebuah motif. Menurut blog milik Deni Arisandi pengertian motif adalah 1) kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force).  2)  satu dorongan (drive), terutama digunakan untuk menyebut motif-motif dasar, sehingga motif berbeda dengan motivasi. Motif adalah dorongan, sedangkan motivasi adalah faktor atau kekuatan yang mendorong .  Pengertian motif menurut saya adalah sebuah alasan yang dijadikan sebagai dasar dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Motif dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain  motif spekulasi, motif berjaga-jaga, motif mencari keuntungan, motif mendapatkan kekuasaan, motif untuk mendapat penghargaan dan sebagainya.
            Sebagai mahasiswa baru ilmu komunikasi Universitas Gajah Mada saya memiliki sebuah motif atas tindakan dan pilihan yang telah saya putuskan. Keputusan yang telah saya buat adalah hasil dari proses perjalanan panjang selama saya duduk di bangku SMA.  Ketika saya naik ke kelas 12 SMA saya tidak hanya memikirkan Ujian Nasional. Akan tetapi, saya juga memikirkan kelanjutan studi saya. Saat itu saya merasa kesulitan ketika harus memilih fakultas dan prodi yang akan saya ambil. Saya mencari informasi tentang perguruan tinggi dan fakultas-fakultas yang bernanung di dalamnya kepada guru-guru, tutor bimbingan belajar, kakak kelas, dan juga orang tua. Selain mencari informasi saya juga berusaha untuk mengenali bakat dan minat yang saya miliki. Minat saya saat di bangku SMA adalah bidang hukum, sosial,  politik, dan public speaking.
            Bapak saya mengharapkan saya menjadi seorang akuntan. Beliau menyarankan saya untuk melanjutkan studi ke fakultas ekonomika dan bisnis jurusan akuntansi. Akan tetapi, saya tidak menyukai hitungan. Beliau membebaskan saya untuk memilih apapun setelah mendengar penjelasan dari saya. Beliau hanya berpesan agar saya bertanggung jawab dengan pilihan saya. Saya bersyukur karena pada akhirnya bapak tidak memaksakan kehendaknya kepada saya. Suatu hari saya berbincang dengan guru geografi saya. Beliau menanyakan fakultas dan prodi yang akan saya ambil di universitas. Saya bercerita atas kebingungan yang saya alami untuk meilih manajemen, komunikasi, dan hukum. Saat itu juga beliau menyarankan saya untuk mengambil komunikasi karena menurut beliau kecerdasan interpersonal dan intrapersonal saya lebih menonjol. Beliau menjelaskan bahwa dua kecerdasan tersebut dapat menjadi modal yang baik untuk kuliah di komunikasi.
            Hampir setiap hari saya dan teman-teman sekelas saling berbagi cerita tentang kebingungan melanjutkan studi. Kita saling meberi informasi, memberi semangat, dan memberi masukan. Beberapa teman saya menyarankan hal yang sama seperti guru geografi saya. teman-teman saya juga mengingatkan tentang cita-cita saya untuk memiliki Event Organizer sendiri. Sejak saat itu saya memutuskan untuk memilih fakultas isipol prodi komunikasi.
Setelah saya berhasil memutuskan pilihan fakultas dan prodi, saya kembali kebingungan untuk memilih universitas. Tiga kandidat universitas yang saya pilih saat itu adalah Universitas Padjajaran Bandung, Universitas Airlangga Surabaya, dan Universitas Gajah Mada. Akan tetapi, otang tua tidak mengijinkan saya kuliah jauh dari kota Magelang. Pada akhirnya saya memilih UGM.  Selain dikarenakan faktor jarak, saya tahu bahwa UGM adalah salah satu universitas terbaik di Indonesia. Saya mendapat kesempatan untuk mengikuti jalur undangan. Saya  memprioritaskan pilihan komunikasi UGM. Jadi, saya memutuskan untuk melanjutkan studi di ilmu komunikasi UGM karena prodi tersebut sesuai dengan bakat dan minat saya serta kualitas UGM yang tidak diragukan lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar