Kamis, 27 September 2012

ASYIKNYA KOMUNIKASI BERAGAM BAHASA #BridgingCourse06




            “Dibandingkan dengan semua orang yang pernah saya jumpai, dia sanggup memampatkan [memadatkan] kata-kata ke dalam gagasan terkecil.”
“He can compress the most words into the smallest ideas of any man I ever met.”
– Abraham Lincoln, dikutip dari Frederick Trevor Hill’s Lincoln the Lawyer, 1906
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbiter, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi (Abdul Chaer, 2010).
            Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
            Salah satu sifat dari bahasa adalah beragam. Beragam dapat disejajarkan dengan variasi. Pada dasarnya, bahasa memiliki kaidah atau pola tertentu yang sama. Karena bahasa digunakan oleh penutur yang heterogen yang memiliki latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, bahasa itu menjadi beragam. Keberagaman itu bisa dari segi fonologis (tata bunyi), morfologis (tata bentukan kata), sintaksis (tata kalimat) maupun leksikon (kosakata). Cotohnya bahasa Indonesia yang digunakan orang Jawa dengan orang Sumatera berbeda. Penggunaan bahasa Indonesia mendapat pengaruh dari bahasa daerah yang digunakan.
            Indonesia memiliki bermacam-macam bahasa. Dari Sabang sampai Merauke tersebar beratus bahasa yang memiliki karakter dan keunikan tersendiri. Setiap pulau besar atau kepulauan di Indonesia kaya akan bahasa. Pada tahun 2008, kepala pusat bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 746 bahasa (http://bahasa-nusantara.blogspot.com/2011/02/746-jumlah-bahasa-daerah-indonesia.html).
            Mahsiswa jurusan ilmu komunikasi UGM berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.  Mereka berasal dari Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Papua. Mereka ada yang asli berasal dari luar jawa dan ada juga yang tinggal di sana sejak bayi. Berawal dari inilah penulis tertarik untuk membahas keberagaman yang ada di jurusan ilmu komunikasi UGM, khusunya pada keberagaman penggunaan bahasa Indonesia.
            Keberagaman penggunaan bahasa Indonesia di jurusan ilmu komunikasi UGM terlihat jelas pada saat mahasiswa berbincang-bincang, berdiskusi, dan lain sebagainya. Dari pengamatan penulis yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, perbedaan yang mencolok terletak pada fonologi, sintaksis, dan leksikon.
            Mahasiswa jurusan ilmu komunikasi UGM yang berasal dari Sumatera terdiri dari orang Bukittinggi dan orang Batak. Fonologi (tata bunyi) yang digunakan kedua daerah itu berbeda. Fonologi Bukittinggi cenderung lebih meinggi tapi halus. Sedangkan fonologi Batak cenderung tegas dan seperti ekspresi kemarahan. Berbeda lagi dengan fonologi dari mahasiswa yang berasal dari pulau Jawa. Fonolgi dari daerah Jawa Timur cenderung keras. Fonologo dari daerah Jawa Barat naik turun. Sedangkan Jawa Tengah cenderung halus. Akan tetapi, beberapa daerah seperti Purwokerto dan Purbolinggo memiliki ciri khas, yaitu “ngapak”. Fonologi dari Bali yang paling terlihat adalah bunyi “t” berubah menjadi “the”(dibaca:thuthuk berasal dari bahasa jawa. Terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah pukul).
            Perbedaan sintaksis (tata kalimat) juga ditemukan dalam penggunaan bahasa Indonesia di jurusan ilmu komunikasi UGM. Sintaksis dari daerah Jawa dan Bali cenderung sama. Sintaksis daerah Sumatera dan Papua terdapat perbedaan. Contohnya, sintaksis daerah Jawa mengucapkan “Aku ingin makan”. Sedangkan sintaksis Sumatera dan Papua mengcuapkan “Ingin makan, aku”.
            Selain kedua hal yang telah dijelaskan di atas, ada juga perbedaan leksikon (kosakata). Perbedaan ini sering terjadi karena adanya pengaruh bahasa daerah. Contohnya, penggunaan kata sapaan daerah Sumatera aku menjadi awak. Kata sapaan aku daerah Papua menjadi saya. Leksikon daerah Papua memiliki keunikan tersendiri. Seorang mahasiswa jurusan ilmu komunikasi UGM pernah menjelaskan tentang kebiasaan orang Papua yang suka menyingkat-nyingkat kata. Contohnya, “aku pergi ke pasar” versi Papua-nya menjadi “sapi ke pasar”. Penggalan sa berasal dari kata saya. Penggalan pi berasal dari pergi.
            Keberagaman bahasa Indonesia di jurusan ilmu komunikasi UGM terkadang menimbulkan misskomunikasi. Hal ini terjadi saat mahasiswa asal Jawa berbincang dengan mencampur-adukkan bahasa daerah dengan bahasa Indonesia. Mahasiswa yang berasal dari luar pulau Jawa yang jumlahnya lebih sedikit sering tidak mengerti. Akan tetapi, hal ini dapat diatasi karena adanya penjelasan dan diskusi antarmahasiswa mengenai bahasa daerahnya.
 Komunikasi ragam bahasa memiliki dampak positif, baik secara personal maupun kelompok. Secara personal, keberagaman bahasa dapat mendekatkan anatar satu mahasiswa dengan mahasiswa lain. Hal ini berawal dari keinginan untuk mempelajari bahasa daerah lain. Secara tidak langsung interaksi yang tejadi anatarmahaiswa menjadi lebih dalam.
Selain itu, keberagaman bahasa menimbulkan rasa mengharagai terhadap perbedaan. Hal ini terlihat ketika mahasiswa asal pulau Jawa berbincang dengan mencampur-adukkan bahasa daerah, mahasiswa yang berasal dari pulau Jawa hanya diam saja. Kemudian, mahasiswa asal Jawa sadar dan segera menjelaskan maksud dari perkataannya tersebut.
Selain itu, keberagaman bahasa menambah wawasan tentang bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Dengan bertambahnya wawasan tersebut berarti telah ikut serta dalam menjaga kelestaraian budaya Indonesia. Setelah menyadari betapa kayanya Indonesia akan bahasa, rasa nasionalisme akan semakin kuat tertanam dalam jiwa mahasiswa ilmu komunikasi UGM.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar