Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu,
dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan
bunyi-bunyian.[1]
Musik merupakan bagian dari seni. Musik dapat menjadi media untuk
mengekspresikan diri, menuangkan imajinasi, menceritakan sesuatu, dan lain
sebagainya. Fungsi musik pada awalnya adalah sebagai media hiburan.
Pada
kenyataannya, fungsi musik dapat dilihat dari berbagai fenomena yang terjadi di
masyarakat. Selain menjadi media hiburan, musik dapat menjadi media terapi,
perangsang intelgensia, membantu tumbuh kembang bayi, pengatur psikologis, dan
media komunikasi antar manusia. Sesuai dengan judul yang dipilih, penulis akan
membahas lebih mendalam tentang musik sebagai media komunikasi, terutama
sebagai media komunikasi politik.
Musik
berfungsi sebagai media komunikasi antarmanusia karena musik merupakan bahasa universal yang
mampu memadukan perbedaan, menciptakan perdamaian dan solidaritas kemanusiaan. Sejarah sering kali mencatatkan peran dan manfaat musik sebagai
sarana pergaulan dan media komunikasi yang bisa dipahami semua orang, sekalipun
kita tidak memahami bahasa tiap-tiap bangsa.[2]
Musik sebagai media
komunikasi yang dimaksud di sini adalah penggunaannya (used). Contohnya, orang
tua menyanyikan lagu nina bobo ketika anaknya beranjak tidur. Fungsi musik
dalam hal ini adalah sebagai media komunikasi untuk mengekspresikan kecintaan
orang tua terhadap anaknya, dengan harapan anaknya dapat tidur nyenyak. Contoh
lain adalah lagu-lagu yang bertemakan cinta. Lagu-lagu tersebut menjadi media
komunikasi bagi sepasang kekasih untuk menyampaikan perasaan sayang dan cinta
yang dimilikinya. Walaupun pada kenyataannya dalam dua contoh di atas
Selain
sebagai media komunikasi antarmanusia, musik juga digunakan sebagai media
komunikasi anatara manusia dengan hal supranatural (ghaib). Di beberapa tempat,
khusunya di pedalaman Indonesia musik digunakan sebagai media komunikasi untuk
hal-hal supranatural (ghaib). Sebagai contoh pada msayarakat Pelalawan provinsi
Riau, musik dijadikan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan berbagai
permintaan penyembuhan yang diselenggarakan dalam bentuk ritual pengobatan. Alat
musik yang digunakan adalah perkusi ketobung sebagai pengiring nyanyian
sesembahan. Dalam hal ini musik menjadi media komunikasi antara manusia dengan
Sang Pencipta untuk tujuan tertentu, yakni meminta kesembuhan.
Di era
demokrasi ini, khususnya di Inodonsia, musik tidak hanya sebagai media
komunikasi seperti yang telah disebutkan di atas. Dalam penggunaannya, musik
berkembang dan mulai merambah di kancah politik nasional. Musik digunakan
sebagai media komunikasi politik dalam bentuk lagu. Banyak lagu yang beredar di
masyarakat berisi tentang curahan hati rakyat, sindiran, kritikan kepada wakil
rakyatnya. Lagu dipilih karena dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Musik
dapat didengarkan semua kalangan. Mulai dari masyarakat kecil hingga pejabat
negeri ini.
Lagu digunakan
sebagai media komunikasi politik oleh rakyat kecil yang tidak mendapat
kesempatan untuk menyampaikan aspirasinya melalui partai atau media massa. Beberapa
musisi Indonesia telah menciptakan banyak lagu tentang politik. Rakyat biasa
juga berpartisipasi dengan cara membuat lagu kemudian diupload ke dalam situs Youtobe.
Salah satu
musisi dengan lagu-lagu politik yang terkenal adalah Iwan Fals. Berbagai lagu
tentang dunia politik telah ia ciptakan. Judul-judul lagu Iwan Fals antara lain
wakil rakyat, politik uang, sumbang, idealisme yang tergadai dan lain
sebagainya. Tidak hanya musisi solo, sebuah band bergenre musik rock bernama
Slank juga terkenal dengan lagu-lagunya tentang dunia politik. Bahkan Slank
mendapat penghargaan dari KPK sebagi duta antikorupsi.[3]
Sebuah lagu berjudul Seperti Para Koruptor membuat Slank berhasil meraih penghargaan
tersebut.
Sindiran
lain yang diberikan kepada pelaku politik nasional datang dari Bona Paputungan.
Redivis Lapas Gorontalo ini mendadak terkenal karena mengupload sebuah lagu berjudul
“andai aku gayus tambunan”. Video clip dari lagu tersebut menceritakan tentang
Gayus Tambunan yang hidup enak dan bebas saat berada di penjara.[4]
Sementara rakyat biasa tidak yang masuk penjara tidak bisa berbuat sebebas
Gayus Tambunan.
Munculnya
lagu tersebut merupakan sebuah tamparan keras bagi pemerintah yang terkesan
lembek dalam menangani kasus-kasus, terutama korupsi. Lagu tersebut merupakan
simbol tekanan besar rakyat kepada pemerintah untuk mengusut tuntas kasus Gayus
Tambunan. Hal ini menunjukkan bahwa musik merupakan media komunikasi politk
yang efektif.
Selain
sebagai media kritik terhadap pemerintah, musik juga sebagai media kampanye. Sebagai
contoh pada pilkada Cagub dan Cawagub DKI Jakarta bulan lalu, banyak masyarakat
yang mengupload video ke you to be tentang 2 calon besar, yakni Jokowi-Ahok dan
Foke-Nara. Video tersebut berisi tentang pro dan kontra terhadap kedua calon
tersebut. Beberapa video ada yang berisi lagu tentang dukungan kepada calon. Akan
tetapi, ada juga video yang saling menjatuhkan antarcalon.
Dalam
kampanye partai poltik biasanya kader mengadakan berbagai acara.Salah satunya
adalah dengan mengadakan acara musik, seperti mengadakan pentas band-band,
acara organ tunggal, acara dangdut, dan lain sebgainya. Dalam hal ini musik
menjadi media komunikasi antara pelaku politik untuk menarik perhatian
masyarakat.
Tanpa kita
sadari musik sudah menjadi bagian dari perpolitikan nasional. Mulai dari
kritikan, sindiran, dan dukungan dapat disuarakan melalui musik. Ketika tidak
ada lagi kesmepatan untuk berbicara, musik menyuarakannya. Musik terbukti
menjadi media komunikasi politik yang efektif.
[1] 5 April
2011 KBBI. 5 April 2011
[2] Diakses dari
http://niahidayati.net/manfaat-musik-dalam-kehidupan-sehari-hari.html
pada tanggal 3 September 2012 pukul 06:31.
[3] Diakses dari
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b38c68820056/kado-gembira-bagi-slank-kala-sedih-melanda-
pada tanggal 3 September 2012 pukul 07:15.
[4] Bida diakses
di http://www.youtube.com/watch?v=53e6xdwHeFQ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar